Mengungkap Fakta Pembunuhan Munir

Dalam beberapa tahun terakhir, polemik seputar kasus terbunuhnya aktifis Hak Azasi Manusia (HAM) Munir, terus menjadi isu nasional dan bahkan internasional yang hangat diperbincangkan. Kasus kematian Munir yang dinilai oleh banyak kalangan adalah sesuatu yang tak wajar. Karena itu, patut dan penting untuk mencoba menelusuri akar-akar peristiwanya. Namun, hal itu tentunya tidaklah mudah.

Akan tetapi, berkat kerja keras dan dukungan dunia internasional, kasus ini pun secara perlahan namun pasti semakin menyuguhkan fakta-fakta pendukung. Penanganan kasus ini pun mengalami fluktuasi yang kini sedang menuju titik puncaknya. Pollycarpus Budihari Priyanto, orang yang selama ini disangkakan dan bahkan sudah menjadi terdakwa terus menjadi fokus pencarian fakta-fakta baru, berikut orang-orang lain yang diduga kuat membantu terjadinya peristiwa tersebut.

Satu lompatan besar terjadi ketika Mahkamah Agung (MA) mengeluarkan keputusan yang memvonis Pollycarpus 20 tahun penjara. Dalam fakta persidangan, Pollycarpus terbukti bersalah dengan melakukan pembunuhan berencana serta melakukan pemalsuan dokumen. Satu catatan baru dalam penanganan kasus kematian Munir.

Harapan kita, bahwa kasus ini dapat terungkap dengan benar. Jangan lagi ada yang ditutup-tutupi. Kebenaran harus diungkap. Apalagi kasus ini merupakan salah satu ujian bagi kesungguhan negara ini dalam menegakkan HAM dan demokrasi. Munir adalah potret dari seorang penggiat HAM dan demokrasi yang tak pernah kenal lelah dalam memperjuangkan apa yang dianggap sebagai hak-hak rakyat sipil.

Pengungkapan kasus kematian Munir memang tidaklah mudah. Apalagi, seperti diduga kuat oleh para aktifis, bahwa ada banyak tokoh yang terlibat di dalamnya. Sesuatu yang kita rindukan adalah bahwa Pollycarpus, misalnya mau membuka dan sekaligus membeberkan fakta-fakta yang sesungguhnya.

Jika bangsa ini berhasil membongkar peristiwa ini, maka satu ujian telah terlewati. Pengungkapan fakta yang sesungguhnya menjadi catatan sejarah bagi bangsa ini, bahwa bukan selamanya yang kuat itu yang menang dan benar. Kebenaran akan menempati posisi yang sesungguhnya.

Jika peristiwa ini sudah terungkap, maka masih banyak lagi pekerjaan rumah (PR) yang harus kita tuntaskan terkait dengan penghilangan nyawa, khususnya bagi kalangan aktifis kemanusiaan. Sebut saja, misalnya tewasnya seorang buruh bernama Marsinnah ketika berjuang untuk mendapatkan hak-haknya sebagai buruh. Kita juga masih memiliki hutang dalam mengungkap fakta siapa yang mendalangi kematian seorang jurnalis bernama Udin.
Sebetulnya, pandangan kita tidak hanya tertuju pada sosok Munir semata. Tetapi kita mau agar bangsa ini benar-benar mau menegakkan HAM. Jangan lagi ada perampasan HAM bagi setiap warga negara. Dalam konteks ini, pemerintah harus benar-benar menjadi pelindung masyarakat. Jangan malah sebaliknya.

Banyaknya kasus pelanggaran HAM, tidak terlepas dari peran pemerintah. Dalam konteks ini, peran pemerintah menjadi sesuatu yang dituntut pertanggungjawabannya. Bukan kita menuduh bahwa yang paling banyak melakukan pelanggaran HAM itu adalah pemerintah, terutama oleh aparat keamanan, tetapi dengan membiarkan pelanggaran HAM terus berlanjut, sesungguhnya pemerintah sudah terlibat dalam pelanggaran HAM.
Terkait dengan kasus kematian Munir, kita melihat bahwa penegakan supremasi hukum adalah langkah utama dalam menegakkan HAM. Ketika supremasi hukum lemah, maka akibatnya, pemenuhan hak-hak asasi oleh negara terhadap warganya di negara ini, masih menjadi sesuatu yang betul-betul sulit. Karena itu, sudah saatnya para pengambil kebijakan di negara ini berpikir ulang dalam menangani permasalahan terkait dengan penegakan HAM.

Konstitusi kita berbunyi bahwa setiap warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum. Munir semasa hidupnya adalah warga negara Indonesia. Demikian juga keluarganya. Maka menjadi hak merekalah untuk mengetahui apa dan siapa yang menjadi penyebab matinya seorang Munir. Fakta harus diungkap. Kebenaran dan hukum harus ditegakkan. (*)

Sinar Indonesia Baru, 29 januari 2008

3 Tanggapan to “Mengungkap Fakta Pembunuhan Munir”


  1. 1 dera Juni 28, 2008 pukul 1:10 pm

    Knp Sby tidak perduli dengan kematian Munir, seolah2 di ulur terus tentang kasus kematian munir sebelum pemerintahan ini jatuh, adakah sesuatu yg sangat ditakuti oleh pemerintahan ini atau memang BIN kita adalah orang2 bodoh, mengapa pembunuh yg misterius di negara ini bisa cepat diungkap oleh polisi, tp mengapa kasus munir tdk beres smp sekarang, inilah ciri2 negara yg bodoh, sebenarnya smp sekarangpun negara Indonesia masih dijajah tp secara ekonomi, sehingga banyak rakyat kita yg bodoh dan tdk bisa berbuat apa2. Alm. Munir adalah seorang pejuang HAM, penyampai suara rakyat Indonesia, bukannya DPR. Mengapa di negara kita penuh ketakutan, sekarang sudah waktunya reformasi, rakyat bisa bersuara bebas. Akankah negara kita terus menerus menjadi negara jajahan? Kebodohan dan kemiskinan terus menggelayuti rakyat Indonesia ? Harusnya BIN jgn takut mengungkap semua yg terlibat walaupun dia bekas pejabat atau masih menjabat! Rakyat tdk akan percaya lagi dgn cara kerja BIN yg sangat lamban.

  2. 2 halim Juni 29, 2008 pukul 7:01 am

    Kalo dinegera lain para elit politik dan elit negara dijaga oleh petugas intel negara karena sering menjadi inceran pembunuhan politik. Nah dinegeri ini belum pernah ada elit negeri ini yang menjadi korban pembunuhan politik. Kayaknya perlu difikirkan oleh semua pemegang saham negeri ini agar para aktivis pro rakyat,pro HAM dan pro keadilan lah yg harus mendapat penjagaan karena sudah terbukti berjatuhannnya korban aktivis akibat pembunuhan. Kepada pemegang saham negeri ini silahkan berfikir,okay. Sehingga tidak ada lagi Marsinah2 dan Udin2 serta Munir2 baru yang jadi korban pembunuhan terencana penguasa.


Tinggalkan komentar




Blog Stats

  • 849.170 hits
Januari 2008
S S R K J S M
 123456
78910111213
14151617181920
21222324252627
28293031  

Ranks….

AeroCloud Topsites List

KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia

Blogarama - The Blog Directory

RSS TEMPO Interaktif

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

RSS KOMPAS

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

RSS VOA Politik

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.