Perlunya Sensitivitas

Bagaimana kita menyikapi pemberian gelar ‘Ksatria’ kepada Salman Rushdie oleh Ratu Inggris beberapa hari lalu? Salman Rushdie adalah seorang novelis kelahiran India. Ia hijrah ke Inggris dan kemudian memperoleh kewarganegaraan negara berjuluk Britania Raya itu. Sampai di sini mungkin tidak ada persoalan.

Menjadi masalah ketika Salman Rushdie pernah menulis novel ‘Ayat-ayat Setan’ (Satanic Verses). Dalam novelnya ini ia antara lain menghina dan merendahkan Nabi Muhammad SAW. Novel yang terbit pada 1988 ini kemudian mendapat protes umat Islam di berbagai negara. Bahkan lembaga peradilan tertinggi di Iran dan Pakistan kemudian mengeluarkan fatwa yang menghalalkan darah Salman Rushdie.

Kini setelah 19 tahun terbitnya novel itu, Ratu Inggris memberi penghargaan British Knighthood (Ksatria Inggris) kepada Salman Rushdie. Alasannya, Rushdie dianggap telah berjasa memberi kontribusi pada literatur dunia. Alasan demikian tentu sangat naif. Bagaimana seorang yang dianggap telah menghina dan melecehkan agama Islam dan Nabi Muhammad SAW justru memperoleh penghargaan terhormat dari sebuah negara seperti Inggris yang dikenal sangat menghormati semua agama.

Karena itu, kita bisa memahami sikap keras umat Islam yang memprotes pemberian penghargaan tersebut. Bahkan kita juga bisa memaklumi ketika ulama Pakistan menganugerahkan gelar kehormatan tertinggi ‘Saifullah’ (Pedang Allah) kepada Usamah bin Ladin. Yang terakhir ini merupakan tokoh yang paling dicari Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat, termasuk Inggris, karena dianggap sebagai teroris dunia. Penghargaan kepada Usamah bin Ladin sebagai pembalasan atas penghargaan kepada Salman Rushdie.

Hal demikian sesungguhnya sangat kontraproduktif. Ia tidak menyumbangkan terciptanya perdamaian dunia yang kini sedang diusahakan oleh banyak pihak. Ia tidak membantu menciptakan harmonisasi kehidupan antarpemeluk agama/keyakinan, antarmasyarakat, dan antarbangsa. Ia bahkan telah memperdalam luka umat Islam yang selama ini menjadi ‘bulan-bulanan’ dari kampanye internasional tentang antiteroris.

Penghargaan terhormat kepada Salman Rushdie sekaligus menunjukkan Inggris tidak sensitif terhadap perasaan dan sikap umat Islam. Inggris tampaknya tidak pernah belajar dari kasus kartun yang melecehkan Nabi Muhammad SAW dan umat Islam yang diterbitkan oleh sebuah media di Denmark. Sebuah pelecehan yang kemudian mengundang protes keras umat Islam di berbagai negara dan bahkan telah menelan korban jiwa.

Kita khawatir bila hal demikian terus berlangsung, cita-cita perdamaian dunia dan hidup penuh harmonis yang terus kita usahakan akan semakin jauh, laksana jauh panggang dari api. Kehidupan yang damai dan harmonis tidak cukup hanya dengan toleransi. Tidak cukup hanya dengan kebebasan. Ia harus disertai dengan penghargaan dan penghormatan pada pihak atau orang lain.

Dengan kata lain, kita harus sensitif pada perasaan dan pendirian pihak atau orang lain. Sikap demikian bukan hanya terkait dengan interaksi kita dengan bangsa dan negara lain. Dalam kehidupan internal kita sebagai sebuah bangsa, sensitifitas itu juga harus kita punyai.

Seringkali konflik atau gesekan di tengah masyarakat terjadi karena kita kurang sensitif terhadap perasaan dan pendirian orang lain. Sebutlah sebagai misal pendirian rumah peribadatan agama tertentu di tengah masyarakat yang mayoritas beragama lain. Ini tentu bisa menimbulkan sikap curiga, salah paham, dan akhirnya akan memunculkan gesekan di tengah masyarakat.

Republika, Senin, 25 Juni 2007

0 Tanggapan to “Perlunya Sensitivitas”



  1. Tinggalkan sebuah Komentar

Tinggalkan komentar




Blog Stats

  • 849.170 hits
Juni 2007
S S R K J S M
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
252627282930  

Ranks….

AeroCloud Topsites List

KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia

Blogarama - The Blog Directory

RSS TEMPO Interaktif

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

RSS KOMPAS

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.

RSS VOA Politik

  • Sebuah galat telah terjadi; umpan tersebut kemungkinan sedang anjlok. Coba lagi nanti.